:

Sabtu, Agustus 22, 2009

cerita rakyat sumatera barat

MALIN KUNDANG

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di

pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri

dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama

Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang

memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari

nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.


Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua

bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung

halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan

memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung

batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya

dan tidak bisa hilang.


Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting

tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di

negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah

menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal

dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju

dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang

akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan

perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya.

"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau

lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil

berlinang air mata.


Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu

Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu

pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tibatiba

kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan

para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar

awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin

Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika

peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh

kayu.


Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya

terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju

ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong

oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang

menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan

keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang

yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih

dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis

untuk menjadi istrinya.


Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah

menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin

Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah

berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi

ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke

kampung halamannya.


Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya

melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah

disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang

banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui

anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke

pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang

berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang

sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang

beserta istrinya.


Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya

melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia

dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama

tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera

melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga

terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja

mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada

ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya,

karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan

mengenakan baju compang-camping. "Wanita

itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura

mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.


Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang

sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya

yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau

benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin

bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.

Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya

berbentuk menjadi sebuah batu karang.


Baca Selengkapnya.....